Selasa, 01 Februari 2011

The Lost of Dream - Tenggelamnya cita-cita bersama lumpur lapindo -


Siang itu terik matahari begitu terasa di kawasan penampungan para korban “Lumpur Lapindo” yang sudah hampir 2 tahun para pengungsi berada di tempat pengungsian tersebut. Salah satunya kami menemui seorang remaja 17 tahun, Muhammad Choirul yang kerap disapa irul sedang bermain dengan adiknya dan berbincang-bincang dengan kru academia masalah impian. Tak jauh berbeda dengan remaja lainnya, remaja yang
 sekarang menginjak kelas 1 SMK BESUKI yang terletak tak jauh di lokasi pengungsiannya. Dia ingin sekali menjadi seorang tentara, tapi apa daya semuanya kandas akibat Lumpur lapindo, rumahnya tenggelam, ayahnya yang hanya seorang petani hanya bisa pasrah karena sawahnya yang juga ikut terendam akibat  Lumpur. “Saya hanya anak petani, ndak usah muluk-muluk untuk bermimpi”. Terakhir perbincangan kami ditutupnya dengan senda gurau pula “cita-cita kan ndak mesti harus kesampean toh mbak!”. Tapi yang penting cita-cita dia adalah mengembalikan semua kebahagiaan orang tua irul dengan berprestasi di sekolah, karena dia mempunyai keinginan untuk mewudkan semua itu, karena dikawasan itu jika menyinggung soal pendidikan otomatis sensitif ditelinga masyarakat tersebut, ngisi perut aja susah apalagi sekolah. Adanya tempat berteduh buat mereka pun, itu adalah sebuah impian mereka pula. Tak hanya irul yang mengalami masalah demikian, ada puluhan bahkan jutaan remaja yang impian tenggelam disana. Hanya semangat dan uluran tangan pemerintah yang mereka nanti untuk mewujudkan impian atau cita-cita melaui pendidikan.dalam hal ini jika seorang remaja dihadapkan masalah yang dihadapi seperti irul, kadangkala sikap pesimis pun selalu muncul di benak mereka, walaupun dari lubuk hati cita-cita adalah salah satu tujuan hidup atau impian seseorang. Itulah pentingnya cita-cita, tumbuh atau tidak, terwujud atau tidak, tergantung dengan siapa dan bagaimana cita-cita itu berjalan seiring dengan semangat yang takkan pernah berhenti pula. Pengalaman seorang irul memberi pengertian lain bagi mereka yang masih pesimis akan cita-cita, memberi semangat baru bagi kita bagaimana cita-cita itu di tanam yang kemudian akan kita petik, baik atau pun buruk nantinya, mimpi di dunia dejavu itu akan terwujud jika bibit yang kita tanam sendiri mulai dari sekarang dan saat ini.(alv)